Pertemuan Ke : 18
Hari/Tanggal :
Jumat / 4 Agustus 2023
Materi :
Diksi sebagai seni bahasa
Narasumber :
Maydearly
Moderator :
Widya Arema
Apa
yang terbayang, jika disebut kata diksi. Mampukah kamu berdiksi. Mari kita
simak uraian berikut ini. Diksi adalah bagian dari seni sebuah bahasa. Diksi
adalah pelengkap suatu sastra. Sebuah karya akan bernilai epic apabila ia
menyadur diksi yang menarik. Diksi bukanlah gaya bahasa, tetapi sebuah padanan
kata yang bertujuan untuk memberi kesan menarik hingga mampu memikat hati
pembaca. William Shakespeare dikenal sebagai sastrawan yang sangat piawai dalam
menyajikan diksi melalui naskah drama. Ia menjadi mahaguru bagi siapa saja yang
berminat menuliskan romantisme dipadu tragedi. Diksi Shakespeare relevan untuk
menulis karya yang bersifat realita maupun metafora. Gaya penyajiannya sangat
komunikatif, tak lekang digilas zaman.
Diksi
– akar katanya dari bahasa Latin: dictionem. Kemudian diserap ke dalam bahasa
Inggris menjadi diction Kata kerja ini berarti: pilihan kata. Maksudnya,
pilihan kata untuk menuliskan sesuatu secara ekspresif. Sehingga tulisan
tersebut memiliki ruh dan karakter kuat, mampu menggetarkan atau mempermainkan
pembacanya. Mengapa Diksi begitu penting dalam kajian sebuah bahasa? Sebab banyak
keindahan dari sebuah kata menjadi prosa yang melampaui bayu di udara. Diksi bak
irama tanpa aroma, menjadi senyawa indah mempesona melengkapi rumpun kata
dengan sejuta makna.
Cara
mudah menulis kalimat dengan diksi yang ciamiiik:
1. 1. Sense
of Touch adalah menulis dengan melibatkan indera peraba. indra peraba dapat
digunakan untuk memperinci dengan apik tekstur permukaan benda, atau apapun.
Penggunaan indra peraba ini sangat cocok untuk menggambarkan detail suatu
permukaan, gesekan, tentang apa yang kita rasakan pada kulit. Aplikasi indra
peraba ini juga sangat tepat digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang tidak
terlihat, seperti angin misalnya. Atau, cocok juga diterapkan untuk sesuatu
yang kita rasakan dengan menyentuhnya, atau tidak dengan menyentuhnya. Contohnya:
Pada pori-pori angin yang dingin, aku pernah mengeja rindu yang datang tanpa
permisi
2. 2. Sense of Smell adalah menulis dengan melibatkan indra penciuman hal ini akan membuat tulisan kita lebih beraroma. Tehnik ini akan lebih dahsyat jika dipadukan dengan indra penglihatan.Contoh: Di kepalaku wajahmu masih menjadi prasasti, dan aroma badanmu selalu ku gantungkan dilangit harapan
Contoh:
Remah-remah
kata terucap semanis karamel, Arsenik bual manja layaknya cuka apel. Meski diam
terbungkam tetap asam dan asin bak menelan Botulinum Toxin
4. 4. Sense of Sight adalah menulis dengan melibatkan
indra penglihatan memiliki Prinsip “show, don’t tell". Selalu ingat, dalam
menulis, cobalah menunjukkan kepada pembaca (dan tidak sekadar menceritakan
semata). Buatlah pembaca seolah-olah bisa “melihat” apa yang tengah kita
ceritakan. Buat mereka seolah bisa menonton dan membayangkannya. Prinsip utama dan manjur dalam hal ini adalah
DETAIL. Tulislah apa warnanya, bagaimana bentuknya, ukurannya, umurnya,
kondisinya.
Contoh
Derit
daun pintu mencekik udara di tengah keheningan, membuatku tersadar jika kamu
pernah kutinggali sebagai pijar luka yang menganga
5. 5. Sense of hearing adalah menulis dengan melibatkan energi yang kita dengar. Begitu banyak suara di sekitar kita. Belajarlah untuk menangkapnya. Bagaimana? Dengarlah, lalu tuliskan. Mungkin, inilah sebab mengapa banyak penulis sukses yang kadang menanti hening untuk menulis. Bisa jadi mereka ingin menyimak suara-suara. Sebuah tulisan yang ditulis dengan indra pendengaran akan terasa lebih berbunyi, lebih bersuara. Selain itu, penulis juga bisa berkreasi dengan membuat hal-hal yang biasanya tak terdengar menjadi terdengar.
Contoh
Aku
padamu seperti angin yang berlalu begitu saja, kini yang kupunya hanya melupa
atas lara dari sajak jingga yang cedera
hati terlena, dan lemah lunglai
padamkan hati dan muka basi
terkejut dan menjerit sambil melotot
hatiku basi dan melesuuu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar